October 23, 2011

Zeolit


Suatu material cerdas adalah material yang mempunyai fungsi signifikan secara kimia terhadap katalis, sensor, absorpsi, dll. Material tersebut bisa dimodifikasi dengan material lainnya yang mempunyai gugus fungsi yang khas untuk menjalankan fungsinya secara sensitive dan selektif. Dalam beberapa perspektif, material cerdas merupakan jawaban atas masalah-masalah kontemporer. Akibat keterbatasan sumber daya (resources), material cerdas dapat meningkatkan keberlanjutan (sustainability) dari suatu barang melalui perbaikan efisiensi kinerja dan performanya.
Zeolit sebagai suatu bahan yang mampu menempatkan dirinya sebagai absorben, pengkatalisis, dehidrasi (melepaskan molekul O2), dan penukar ion telah membuat studi tentang zeolit sebagai salah satu meterial cerdas dan mampu di aplikasikan pada berbagai bidang.
Telah bertahun-tahun zeolit digunakan sebagai penukar kation (cation exchangers), pelunak air (water softening), penyaring molekul (molecular sieves) serta sebagai bahan pengering (drying agents). Selain itu zeolit juga telah digunakan sebagai katalis atau pengemban katalis pada berbagai reaksi kimia.

 I.2 Batasan Masalah
Penulisan makalah ini dibatasi pada,
1.      Mengapa  zeolit disebut sebagai material fungsional?
2.      Bagaimana cara mensintesis zeolit?
3.      Apa saja intrumentasi pendukung karakterisasi  zeolit?
4.      Apa saja bidang aplikasi zeolit?
5.      Bagaimana zeolit diregenerasi?
6.      Bagaimana mekanisme pengolahan zeolit?

I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain,
1.         Sebagai syarat mengikuti final tingkat provinsi OSN-Pertamina 2011
2.         Mengetahui mineral zeolit sebagai suatu material funsional
3.         Mengetahui cara-cara mensintesis zeolit
4.         Mengetahui macam-macam karakterisasi zeolit
5.         Mengetahui aplikasi zeolit pada berbagai bidang kehidupan
6.         Mengetahui proses regenerasi zeolit
7.         Memahami mekanisme pengolahan zeolit
 
BAB II
PEMBAHASAN

II.1     Zeolit sebagai material fungsional
Zeolit (Zeinlithos) atau berarti juga batuan mendidih, Zeolit umumnya didefinisikan sebagai kristal alumina silika yang berstruktur tiga dimensi, yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan rongga-rongga di dalam yang berisi ion-ion logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas. Zeolit  mengandung pori-pori dan rongga-rongga berskala molekular dengan rentang ukuran dari 3 Å sampai 15 Å. Contohnya zeolit A merupakan zeolit sintetik mempunyai ukuran rongga dengan diameter 11,4 Å. Faujasite dan modernite yang mempunyai ukuran pori dengan diameter masing-masing 7,4 Å dan 6,7Å. 
Zeolit tersusun dari kerangka aluminosilikat berstruktur tetrahedral TO4. T adalah Si atau Al. Penggabungan satuan tetrahedron satu dengan lainnya terjadi karena ada pemakaian bersama satu atom oksigen oleh dua tetrahedral. Karena ada penggabungan [SiO4] dan [AlO4] sehingga bermuatan bermuatan negatif, maka zeolit alam dan zeolit sintetik memerlukan kation sebagai pusat penyeimbang muatan untuk menjaga kenetralan muatan zeolit. Kation yang biasanya digunakan adalah logam alkali (Na+, K+)dan/atau alkali tanah (Ca2+, Ba2+) (Smart, 1993). Secara empiris, rumus molekul zeolit adalah Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].mH2O. Dimana M adalah kation bervalensi n(AlO2)x(SiO2)y adalah kerangka zeolit yang bermuatan negative dan H2O adalah molekul air yang terhidrat dalam kerangka zeolit.
Struktur zeolit sejauh ini diketahui bermacam-macam, tetapi secara garis besar strukturnya terbentuk dari unit bangun primer, berupa tetrahedral yang kemudian menjadi unit bangun sekunder polihedral dan membentuk polihendra dan akhirnya unit struktur zeolit.  Zeolit pada dasarnya memiliki tiga variasi struktur yang berbeda yaitu:
a.       Struktur seperti rantai (chain-like structure), dengan bentuk kristal acicular dan prismatic, contoh: natrolit
b.      Struktur seperti lembaran (sheet-like structure), dengan bentuk kristal platy atau tabular biasanya dengan basal cleavage baik, contoh: heulandit,
c.       Struktur rangka, dimana kristal yang ada memiliki dimensi yang hampir sama, contoh: kabasit
 Zeolit mempunyai kerangka terbuka, sehingga memungkinkan untuk melakukan adsorpsi Ca bertukar dengan 2(Na,K) atau CaAl dengan (Na,K)Si. Morfologi dan struktur kristal yang terdiri dari rongga-rongga yang berhubungan ke segala arah menyebabkan permukaan zeolit menjadi luas. Morfologi ini terbentuk dari unit dasar pembangunan dasar primer yang membentuk unit dasar pembangunan sekunder dan begitu seterusnya.
 Berikut adalah beberapa contoh jenis mineral zeolit beserta rumus kimianya:
Nama Mineral
Rumus Kimia Unit Sel
Analsim
Na16(Al16Si32O96). 16H2O
Kabasit
(Na2,Ca)6 (Al12Si24O72). 40H2O
Klipnoptolotit
(Na4K4)(Al8Si40O96). 24H2O
Erionit
(Na,Ca5K) (Al9Si27O72). 27H2O
Ferrierit
(Na2Mg2)(Al6Si30O72). 18H2O
Heulandit
Ca4(Al8Si28O72). 24H2O
Laumonit
Ca(Al8Si16O48). 16H2O
Mordenit
Na8(Al8Si40O96). 24H2O
Filipsit
(Na,K)10(Al10Si22O64). 20H2O
Natrolit
Na4(Al4Si6O20). 4H2O
Wairakit
Ca(Al2Si4O12). 12H2O
*       *      Sifat kimia dan fisika
Zeolit dalam keadaan murni tidak berwarna, kristal beberapa mineral zeolit sangat transparan sehingga sulit melihatnya dalam batuan. Sejumlah pengotor menyebabkan zeolit berwarna. Warna tersebut akan bervariasi tergantung pada banyaknya kejadian yang terjadi pada proses pembentukannya (Breck, 1974: 308).
Zeolit dapat dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, penukar ion, penyerap bahan dan katalisator dengan sifat-sifat meliputi
1.      Sifat dehidrasi (melepaskan molekul H20)
Apabila dipanaskan. Pada umumnya struktur kerangka zeolit akan menyusut. Tetapi kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan secara nyata.. Kristal zeolit normal mengandung molekul air yang berkoordinasi dengan kation penyeimbang.  Pada keadaan ini kation akan berpindah posisi, sering kali menuju tempat dengan bilangan koordinasi lebih rendah. Zeolit terdehidrasi merupakan bahan pengering (drying agents) yang sangat baik. Penyerapan air akan membuat kation kembali menuju keadaan koordinasi tinggi. Disini molekul H2O seolah-olah mempunyai posisi yang spesifik dan dapat dikeluarkan secara reversibel
2.      Zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul
 Adsorpsi terjadi pada permukaan pori membran. Partikel zeolit memiliki tiga tipe pori, yaitu macropore dan micropore (masing-masing dengan ukuran >50nm dan <2nm). Di antara keduanya terdapat mesopore. Macropore merupakan jalan masuk ke dalam partikel menuju micropore. Macropore tidak berkontribusi terhadap besarnya luas permukaan membran zeolit. Sebaliknya, micropore adalah penyebab besarnya luas permukaan membran zeolit. Micropore tersebut sebagian besar terbentuk selama proses aktifasi. Pada micropore inilah sebagian besar peristiwa adsorpsi terjadi.
Proses adsorpsi terjadi melalui tiga tahap, yaitu:
1. Macro transport: pergerakan material organik melalui sistem macropore membran zeolit.
2. Micro transport: pergerakan material organik melalui sistem mesopore dan micropore dari membran zeolit.
3. Sorption: melekatnya material organik pada permukaan membran zeolit, yaitu di permukaan macropore, mesopore dan micropore.
Ini karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi. Zeolit yang terdehidrasi akan mempunyai struktur pori terbuka dengan internal surface area besar sehingga kemampuan mengadsorb molekul selain air semakin tinggi. Ukuran cincin dari jendela yang menuju rongga menentukan ukuran molekul yang dapat teradsorb. Sifat ini yang menjadikan zeolit mempunyai kemampuan penyaringan yang sangat spesifik yang dapat digunakan untuk pemurnian dan pemisahan. Chabazite (CHA) merupakan zeolit pertama yang diketahui dapat mengadsorb dan menahan molekul kecil seperti asam formiat dan metanol tetapi tidak dapat menyerap benzena dan molekul yang lebih besar. Selain itu zeolit juga dapat digunakan sebagai adsorben zat warna brom dan untuk pemucatan minyak sawit mentah.
Zeolit yang digunakan sebagai penyaring molekular tidak menunjukkan perubahan cukup besar pada struktur kerangka dasar pada dehidrasi walaupun kation berpindah menuju posisi dengan koordinasi lebih rendah. Setelah dehidrasi, zeolit-A dan zeolit lainnya sangat stabil terhadap pemanasan dan tidak terdekomposisi dibawah 7000C. Volume rongga pada zeolit-A terdehidrasi adalah sekitar 50% dari volume zeolit.
3.      Zeolit sebagai katalis
Berkaitan dengan tersedianya pusat-pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat aktif tersebut terbentuk karena adanya gugus fungsi asam tipe Bronsted maupun Lewis. Perbandingan kedua jenis asam ini tergantung pada proses aktivasi zeolit dan kondisi reaksi. Pusat-pusat aktif yang bersifat asam ini selanjutnya dapat mengikat molekul-molekul basa secara kimiawi. Tidak semua katalis zeolit menggunakan prinsip deionisasi atau bentuk asam. Sifat katalisis juga dapat diperoleh dengan mengganti ion Na+ dengan ion lantanida seperti La3+ atau Ce3+. Ion-ion ini kemudian memposisikan dirinya sehingga dapat mencapai kondisi paling baik yang dapat menetralkan muatan negatif yang terpisah dari tetrahedral Al pada kerangka. Pemisahan muatan menghasilkan gradien medan elektrostatik yang tinggi di dalam rongga yang cukup besar untuk mempolarisasi ikatan C-H atau mengionisasi ikatan tersebut sehingga reaksi selanjutnya dapat terjadi. Efek ini dapat diperkuat dengan mereduksi Al pada zeolit sehingga unit [AlO4] terpisah lebih jauh. Tanah jarang sebagai bentuk tersubtitusi dari zeolit-X menjadi katalis zeolit komersial pertama untuk proses cracking petroleum pada tahun 1960an. Akan tetapi katalis ini telah digantikan oleh Zeolit-Y yang lebih stabil pada suhu tinggi. Katalis ini menghasilkan 20% lebih banyak petrol (gasolin) daripada zeolit-X.
Cara ketiga penggunaan zeolit sebagai katalis adalah dengan menggantikan ion Na+ dengan ion logam lain seperti Ni2+, Pd2+ atau Pt2+ dan kemudian mereduksinya secara in situ sehingga atom logam terdeposit di dalam kerangka zeolit. Material yang dihasilkan menunjukkan sifat gabungan antara sifat katalisis logam dengan pendukung katalis logam (zeolit) dan penyebaran logam ke dalam pori dapat dicapai dengan baik.
Teknik lain untuk preparasi katalis dengan pengemban zeolit melibatkan adsorsi fisika dari senyawa anorganik volatil diikuti dengan dekomposisi termal. Ni(CO)4 dapat teradsorb pada zeolit-X dan dengan pemanasan hati-hati akan terdekomposisi meninggalkan atom nikel pada rongga. Katalis ini merupakan katalis yang baik untuk konversi karbon monoksida menjadi metana.
Zeolit mempunyai tiga tipe katalis selektif bentuk
1.      Katalis selektif reaktan
Dimana hanya molekul (reaktan) dengan ukuran tertentu yang dapat masuk ke dalam pori dan akan bereksi di dalam pori
2.      Katalis selektif produk
Hanya produk yang berukuran tertentu yang dapat meninggalkan situs aktif dan berdifusi melewati saluran (channel) dan keluar sebagai produk
3.      Katalis selektif keadaan transisi
Reaksi yang terjadi melibatkan keadaan transisi dengan dimensi yang terbatasi oleh ukuran pori.

4.       Zeolit sebagai penukar ion
Ini disebabkan karena adanya kation logam alkali dan alkali tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas didalam rongga dan dapat dipertukarkan dengan kation logam lain dengan jumlah yang sama. Akibat struktur zeolit berongga, anion atau molekul berukuran lebih kecil atau sama dengan rongga dapat masuk dan terjebak.  Beberapa zeolit mempunyai affinitas besar terhadap kation tertentu.
*      Struktur Kristal Zeolit
Seperti halnya mineral kwarsa dan felspar, maka mineral zeolit mempunyai struktur kristal 3 dimensi tetrahedra silikat (Si4-4-) yang biasa disebut tectosilicate. Dalam struktur ini sebagian silikon (tidak bermuatan atau netral) kadang-kadang diganti oleh aluminium bermuatan listrik, sehingga muatan listrik kristal zeolit tersebut bertambah. Kelebihan muatan ini biasanya diimbangi oleh kation-kation logam K, Na, dan Ca yang menduduki tempat tersebar dalam struktur zeolit alam yang bersangkutan.
Dalam susunan kristal zeolit terdapat dua jenis molekul air, yaitu molekul air yang terikat kuat dan molekul air yang bebas. Berbeda dengan struktur kisi kristal kwarsa yang kuat dan pejal, maka struktur kisi kristal zeolit terbuka dan mudah terlepas. Volume ruang hampa dalam struktur zeolit cukup besar kadang-kadang mencapai 50 Angstrom, sedangkan garis tengah ruang hampa tersebut bermacam-macam, berkisar antara 2A hingga lebih dari 8A, tergantung dari jenis mineral zeolit yang bersangkutan. Dibawah ini struktur stereotip clinoptilolite yang menjadi precursor dalam penelitian ini.
 
Volume dan ukuran garis tengah ruang hampa dalam kisi-kisi kristal inilah yang menjadi dasar penggunaan mineral zeolit sebagai bahan penyaring (molecular sieving). Molekul zat yang disaring yang ukurannya lebih kecil dari ukuran garis tengah ruang hampa mineral zeolit dapat melintas, sedangkan yang berukuran lebih besar akan tertahan atau ditolak. Kapasitas atau daya saring mineral zeolit tergantung dari volume dan jumlah ruang hampanya. Makin besar jumlah ruang hampa, maka makin besar pula daya saring zeolit alam yang bersangkutan.
Struktur Bangun Zeolit
Bentuk dari kerangka zeolit digambarkan sebagai “ Secondary Building Unit” (SBU), sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1. Dalam SBU ini keberadaan Si atau Al pada masing-masing sudut ditunjukkan dalam bentuk lingkaran, sedangkan atom oksigen yang berada dekat titik tengah garis tidak diperlihatkan (Hamdan, 1992: 5).

Gambar 1. Secondary Building Unit (SBU) dalam Kerangka Zeolit

(Breck, 1974: 46).

Unit sodalit (β cage) terdiri dari cincin 6 atau cincin 4 yang bergabung bersama membentuk kuboktahedron ( oktahedra terpancung) dan diilustrasikan dalam Gambar 2.

Masing-masing sodalit cage terdiri dari 24 rantai tetrahedra. Apabila sodalit cage dihubungkan melalui cincin ganda empat maka akan terbentuk zeolit A, tetapi apabila dihubungkan melalui cincin ganda enam maka terbentuk zeolit X dan zeolit Y (Gambar 3). Ini menghasilkan bentuk cage yang lebih luas terdiri dari 26 unit tetrahedra (Hamdan, 1992:5-6).

 
Gambar 2. Beberapa Struktur Zeolit. (a) Sodalit; (b) Zeolit A;
(c) Zeolit Faujasit (Hamdan, 1992).

Gambar 3.

Struktur Zeolit Y (Hamdan, 1992).

Dua tipe yang lebih umum dari zeolit P adalah zeolit B atau Pc dengan sistem kristal kubik dan zeolit Pt dengan sistem kristal tetragonal, sistem SBU adalah S4R (Gambar 4). Tidak ada perbedaan yang mendasar dalam struktur P kubik dan P tetragonal (Breck, 1974: 72).

Gambar 4. Struktur  Zeolit P

            Gambar 5. Struktur Chabazite (Dyer, 1988: 1).
Struktur dari zeolit ZK-14 (Chabazite) berisi lembaran-lembaran cincin ganda beranggota 6 (D6R) dari tetrahedra yang dihubungkan oleh atom oksigen memberikan susunan kubik (Breck, 1974: 107). Struktur Chabazite dapat dilihat pada Gambar 5.




Gambar 6. Struktur Ferrierite (Kaszkur, Jones, Bell, and Catlow; 1996: 2)

Zeolit Ferririte-Na, syn memiliki sistem kristal kubik. Nama lain zeolit ini adalah Upsilon. Namun ada juga zeolit Ferrierite yang memiliki sistem kristal ortorombik, seperti terlihat pada Gambar 6

II.2      Sintesis Zeolit
Zeolit merupakan suatu bahan kekayaan alam yang sangat bermanfaat bagi industry. Zeolit ada dua macam, yaitu zeolit alam dan sintetik. Zeolit alam sudah banyak dimanfaatkan sehingga ketersediaaannya. Untuk itu diperlukan zeolit sintetik yang mempunyai kemurnian tinggi dan berkualitas baik. Bahan baku pembuatan zeolit ialah bahan-bahan yang mengandung silica dan aluminium.  semakin berkurang. Zeolit sintetis adalah suatu senyawa kimia yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang sama dengan zeolit alam. Zeolit ini dibuat dari bahan lain dengan proses sintetis. Karena secara umum zeolit mampu menyerap, menukar ion dan menjadi katalis, membuat zeolit sintetis ini dapat dikembangkan untuk keperluan alternatif pengolah limbah. Zeolit secara umum dibedakan dalam tipe yang calcic dan alkali arich, dengan komposisi yang berbeda.
Selain jenis zeolit alam, ada zeolit jenis lain yaitu zeolit sintetis. Zeolit sintetis dibuat dengan rekayasa yang sedemikian rupa sehingga mendapatkan karakter yang sama dengan zeolit alam. Zeolit sintetis sangat bergantung pada jumlah Al dan Si, sehingga ada 3 kelompok zeolit sintetis:
(1) Zeolit sintetis dengan kadar Si rendah Zeolit jenis ini banyak mengandung Al,  berpori, mempunyai nilai ekonomi tinggi karena efektif untuk pemisahan dengan kapasitas besar. Volume porinya dapat mencapai 0,5 cm3 tiap cm3 volume zeolit.
(2) Zeolit sintetis dengan kadar Si sedang Jenis zeolit modernit mempunyai perbandingan Si/Al = 5 sangat stabil, maka diusahakan membuat zeolit Y dengan perbandingan Si/Al = 1-3. Contoh zeolit sintetis jenis ini adalah zeolit omega
(3) Zeolit sintetis dengan kadar Si tinggi Zeolit jenis ini sangat higroskopis dan menyerap molekul non polar sehingga baik untuk digunakan sebagai katalisator asam untuk hidrokarbon. Zeolit jenis ini misalnya zeolit ZSM-5, ZSM-11, ZSM-21, ZSM-24.
(4)  Zeolit Si, Zeolit ini memiliki kerangka tanpa A1 sama sekali atau tidak mempunyai sisi kation sama sekali. Zeolit ini memiliki sifat sangat hidrofilik–hidrofobik sehingga dapat mengeluarkan atau memisahkan suatu molekul organik dari suatu campuran air. Contoh: zeolit silikat (Sutarti dan Rahmawati, 1994: 13).
Zeolit dapat disintesis dengan cara hidrotermal dan kebanyakan diproduksi dibawah kondisi tidak seimbang, oleh karena itu zeolit yang dihasilkan  merupakan bahan metastabil (mudah berubah). Tahap pertama dalam pembuatan zeolit adalah reaksi bahan dasar seperti : gel atau zat padat amorf, hidroksida alkali metal dengan pH tinggi dan basa kuat. Kondisi operasi pada suhu hidrotermal rendah, dan arus reaktan yang berlawanan. Dalam melakukan sintesis zeolit ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu:
1)             Sistem sintesis
 Dalam sintesis zeolit, sistem sintesis meliputi tiga unsur pokok, yaitu :
a.       Sumber unsur T ( dengan T :  Si dan Al)
Sumber unsur T meliputi sumber unsur Si dan Al. Sumber unsur Si yang biasa digunakan yaitu silika amorf, sodium silikat, glass silika, dan sol-sol silika dari berbagai konsentrasi. Sedangkan sumber unsur Al bisa berupa alumunium hidroksida, sodium aluminat, dan sol-sol alumina dari berbagai konsentrasi.
b.      Templat, umumnya dalam fase cairan
Spesies templat anorganik dan organik antara lain: Kerangka–kation pengganti muatan, contoh Na+, Ca2+, alkilamonium; molekul, contoh H2O, amina dan alkohol; Pasangan ion, contoh NaCl
c.       Mineraliser
Mineraliser yang lebih umum digunakan adalah OH . OH  menaikkan kelarutan silika dengan ionisasi group silanol dan memutuskan ikatan siloksan.
2)             Prosedur Preparasi Campuran Reaksi
Kondisi preparasi akan betul-betul mempengaruhi laju disolusi gel, sumber dan konsentrasi spesies dalam fase cair oleh karena itu diperoleh hasil sintesis. Kondisi ini meliputi keadaan fisik reaktan dan homogenasi campuran.
3)             Temperatur Kristalisasi
Temperatur kristalisasi berkisar antara temperatur ruang sampai sekitar 3000C. Sebagian besar zeolit diperoleh pada temperatur yang lebih rendah terutama jika air sebagai templat.
4)             Waktu Pemanasan
Waktu kristalisasi berkisar dari beberapa menit sampai beberapa bulan         ( Weitkamp and Puppe, 1999: 17-27).
5)             Proses sintesis
Beberapa proses untuk menghasilkan zeolit yang mempunyai nilai ekonomi dapat dibagi menjadi 3 kelompok di bawah ini 
a)        Proses Hidrogel
Bahan dasar awal terdiri dari larutan Na silikat, Na aluminat, dan Na hidroksida. Karena  sifat zeolit yang dihasilkan sangat tidak stabil maka akan muncul kesulitan bila diperlukan produksi dengan kapasitas besar.
Gel dikristalkan dalam sistem hidrotermal tertutup pada suhu yang bervariasi antara suhu kamar sampai 200 C. Waktu yang diperlukan untuk kristalisasi adalah antara beberapa jam sampai beberapa hari. Bahan lain yang diperlukan adalah metal alkali dari hidroksida yang larut, aluminat, dan silikat.
Biasanya suhu kristalisasi yang dipakai mendekati titik didih air, tetapi untuk hal–hal tertentu seperti pembuatan zeolit jenis mordenit, diperlukan suhu kristalisasi yang tinggi. Larutan yang mengandung kristal disaring memakai penyaring putar bentuk drum, untuk memisahkan kristal zeolit dari larutannya.
b)        Konversi dari Mineral Kapur
Bahan dasar awal untuk proses ini adalah kaolin, yang bisanya harus didehidroksiliasi menjadi meta-kaolin dengan jalan kalsinasi. Pada suhu antara 5000C–6000C terbentuk meta-kaolin diikuti terbentuknya mulit pada suhu 10000C–10500C.
c)        Bahan Dasar yang ada di Alam
Bahan yang ada di alam antara lain kerak geotermal, abu terbang dan limbah cair dari industri alumunium. Abu terbang hasil pembakaran pada pembangkit listrik tenaga uap rata-rata mengandung 50 % berat SiO2 dan 31 % berat A12O3 dapat direaksikan dengan beberapa pereaksi kimia. Abu terbang yang direaksikan dengan campuran NaOH dan KOH akan terbentuk zeolit pada suhu antara 50oC–150oC, bila direaksikan dengan NaOH atau KOH saja akan terbentuk zeolit pada suhu 50 oC dan antara 75oC–150oC .
Proses yang menggunakan 50 gr abu terbang dan 500 ml larutan NaOH 3N telah dipatenkan Jepang. Campuran dipanaskan pada suhu 90oC–100oC selama 20 jam kemudian disaring dan kristal zeolit yang terbentuk ( zeolit P) dikeringkan pada suhu 110oC selama 24 jam.
Sintesis dari bahan berupa kerak geotermal pada kondisi basa hidrotermal dibawah tekanan uap jenuh, pada temperatur sintesis 90oC selama 2 hari dan rasio Si/ A1 reaktan antara 5–9 akan dihasilkan produk berupa zeolit Y (Sutarti dan Rahmawati, 1994: 15-19).



Dan berikut ini diberikan contoh skema pembuatan zeolit-A
Tabel 1. Proses dan Bahan Dasar Sintesis  Zeolit .
Proses
Bahan Dasar
1.      Hidrogel




2.      Konversi







3.      Lain – lain
-         Oksida reaktif
-         Silikat yang larut
-         Aluminat yang dapat larut
-         Soda api

-         Lempung / lempung kasar
-         Meta kaolin
-         Kaolin yang telah dikalsinasi
-         Lempung yang telah diasamkan
-         Silikat yang dapat larut
-         Soda api
-         Garam dapur

-         Silikat alam
-         Mineral amorf
-         Gelas vulkanik
-         Soda api

Kondisi umum yang digunakan untuk sintesis, yaitu :
a)      Material reaktan yang reaktif seperti gel yang baru mengendap atau padatan amorf.
b)      Adanya pH yang tinggi dalam bentuk alkali hidroksida atau basa kuat yang lain.
c)      Temperatur rendah dalam kondisi hidrotermal.
d)      Komponen gel dengan derajat kecepatan tinggi yang berperan penting untuk nukleisasi kristal dalam jumlah besar.
Preparasi gel dan kristalisasi secara skematik dapat  dapat digambarkan menggunakan sistem Na2O-A12O2- H2O  sebagai berikut :
NaOH(aq) + NaAl(OH)4(aq) + Na2SiO3
T1 =25 0C
[ Naa(AlO2)b(SiO2). NaOH. H2O]gel
T2=25-175 0C
Nax[(AlO2)x(SiO2)y]. mH2O + larutan
Kristal zeolit
(Breck, 1974: 249-250).
Pemeraman merupakan suatu proses dimana gel yang telah dipersiapkan disimpan pada temperatur dibawah temperatur kristalisasi selama beberapa waktu (Weitkamp and Pupple, 1999: 26). Proses ini diperkirakan memegang peranan penting dalam proses pembentukan zeolit. Pada proses ini terjadi pelarutan dari spesies Si dan A1 sehingga siap untuk mengalami proses pembentukan zeolit

II.3      Karakterisasi Zeolit
Zeolit mempunyai struktur dan karakterisasi yang berbeda-beda. Oleh sebab itu diperlukan karakterisasi zeolit., meliputi :
1)      Difraksi Sinar X
Difraksi sinar X merupakan metode yang penting untuk karakterisasi zeolit, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode ini memberikan informasi tentang kemurnian ataupun perubahan parameter kisi dari suatu kristal ( Atkins, 1999). Metode ini bersifat tidak merusak, yang berarti contoh tidak dapat dipengaruhi oleh analisis dan masih dapat digunakan untuk analisis lain (Tan, 1991: 133).
Pola difraksi merupakan plot intensitas sinar terdifraksi sebagai fungsi 2θ. Sebagai hukum Bragg:
nλ = 2d sinθ
dimana θ merupakan sudut difraksi, d yaitu jarak antar bidang, dan λ merupakan panjang gelombang sinar. Ketika sampel diuji, teknik difraksi hanya memberikan tampilan data-data dari struktur. Perubahan panjang kerangka mempengaruhi posisi puncak difraktogram. Misalnya penggantian ikatan Al-O (1,69 A ) dengan ikatan yang lebih pendek Si-O (1,61 A ) menyebabkan unit-unit sel mengkerut. Hal ini akan menurunkan jarak d dan menggeser puncak difraksi kearah 2θ yang lebih tinggi (Hamdan, 1992:        32-33).
Setiap senyawa kristalin memiliki pola difraksi sinar X yang dapat digunakan sebagai sidik jari atau identifikasi. Dua variabel yang mempengaruhi pola difraksi adalah jarak d dan intensitas. Pada prakteknya, dalam menggunakan pola difraksi untuk tujuan identifikasi, utamanya memperhatikan jarak d dan kadang-kadang kesesuaian intensitasnya (West, 1984: 50).
Analisis kualitatif dan kuantitatif jenis mineral zeolit dengan menggunakan difraktogram standar dari JCPDS (Join Committee on Powder Diffraction Standarts) dalam bentuk JCPDS Powder Diffraction File. Setiap senyawa dengan struktur kristal yang sama akan menghasilkan difraktogram yang identik, oleh karena itu pola difraksi dapat digunakan sebagai sidik jari suatu senyawa. Jadi dengan membandingkan difraktogram suatu mineral yang tidak diketahui dengan difraktogram dalam Powder Diffraction File dapat ditentukan mineral yang tidak diketahui tersebut (Nelson, 2003 : 6). Analisis kuantitatif dari campuran memerlukan perbandingan intensitas puncak difraksi dengan material lain, intensitas yang dinyatakan sebagai I/I  (Wong-ng et.al, 2001: 1020).
Dalam zeolit, intensitas dari puncak pada sudut kecil tergantung pada kandungan air antar kristal, sehingga intensitasnya akan menurun dengan adanya dehidrasi. Zeolit murni dengan derajat kristalinitas tinggi akan menghasilkan puncak sempit yang sangat jelas dengan garis dasar yang rendah dan datar (Atkins, 1999).
2)      Spektroskopi Infra Merah
Spektrofotometer Infra Merah telah lama digunakan untuk menjawab permasalahan struktur Zeolit. Spektrum Infra Merah tengah yang terletak pada daerah 300 – 1300 cm-1 merupakan alat yang sensitif untuk menunjukkan sifat struktur dari kerangka zeolit ( Flanigen, 1971).
Frekuensi vibrasi kerangka- kerangka tertentu pada daerah IR-tengah   ( 300–1300 cm-1) menyediakan informasi mengenai komposisi dan cara setiap tetrahedral SiO4 dan A1O4 terikat satu sama lain. Informasi struktrual lain yang didapat dari spektra IR ialah komposisi Si/A1 kerangka, perubahan struktural selama dekomposisi termal serta pergerakan kation selama dehidrasi dan dehidroksilasi ( Flanigen, 1971).
Secara umum, spektra daerah IR tengah untuk zeolit terdiri dari dua jenis vibrasi, yaitu:
a)             Vibrasi internal dari tetrahedral SiO dan AlO atau unit pembangun primer dalam kerangka zeolit. Vibrasi ini sensitif terhadap komposisi dan kerangka.
b)            Vibrasi yang terkait pada ikatan-ikatan eksternal antar tetrahedral, sensitif terhadap topologi kerangka.
Spektra IR daerah tengah dari zeolit dibagi menjadi lima daerah utama, yang masing-masing terkait pada jenis yang spesifik dari model vibrasi:
1)            Rentangan Asimetrik (900 - 1250 cm-1).
         Daerah ini berhubungan dengan rentangan O-Si-O dan O-Al-O. Suatu rentangan asimetrik internal dari unit bangun primer memberikan pita serapan kuat pada 1020 cm-1. Punuk yang lebar pada 1100 cm-1 disebabkan rentangan asimetrik eksternal yang disebabkan ikatan antar tetrahedral.
2)            Rentangan simetrik (680 - 850 cm-1).
         Daerah ini berhubungan dengan rentangan simetrik ikatan O-Si-O atau O-Al-O. Vibrasi eksternal ada pada 700-780 cm-1. Pita ini sangat lemah. Mode rentangan simetrik ini sensitif terhadap perubahan komposisi Si-Al kerangka zeolit. Frekuensi akan bergeser ke arah yang lebih rendah dengan meningkatnya jumlah atom tetrahedral alumunium.
3)            Cincin ganda (580 - 610 cm-1).
Wilayah ini berkaitan dengan vibrasi eksternal dari cincin ganda beranggota 4 atau 6 dalam struktur kerangka zeolit. Zeolit ysng memiliki cincin ganda 4 atau cincin ganda 6 adalah zeolit X, Y, A, ZK-5, Ω, L dan grup Chabazite. Sedangkan zeolit yang tidak memiliki cincin ganda adalah β cage, zeolit W dan Zeolon.
4)            Tipe tekukan Si-O atau Al-O (420 - 500 cm-1).
Wilayah ini tidak sensitif terhadap komposisi Si-Al.
5)            Penumbukan pori (300 - 400 cm-1).
Pita ini berhubungan dengan pergerakan dari cincin tetrahedra yang menyebabkan terjadinya pembukaan pori dalam zeolit. Ini akan tampak jelas atau lebih jelas tergantung tipe struktur zeolit. Pita serapan akan tampak jelas dalam struktur kubik dan menurun dengan menurunnya simetri.
Selain lima daerah utama pada spektra IR daerah tengah, juga terdapat pita serapan dari gugus hidroksil OH. Pita serapan dari ikatan hidrogen OH pada daerah 3400 cm-1, tipe ikatan dari OH terisolasi ada pada daeah 3700   cm-1, dan vibrasi tekukan dari molekul air pada daerah 1645 cm-1 (Breck, 1974: 425).

II.4      Penggunaan Zeolit
Zeolit mempunyai sifat dehidrasi (melepaskan molekul H20) apabila dipanaskan. Pada umumnya struktur kerangka zeolit akan menyusut. Tetapi kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan secara nyata. Disini molekul H2O seolah-olah mempunyai posisi yang spesifik dan dapat dikeluarkan secara reversibel. Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi. Zeolit juga bersifat sebagai padatan asam Bronsted melalui pengaturan perbandingan Si/Al dalam kerangka kristal. Tetapi cara ini hanya diterapkan pada zeolit yang kaya silika, karena tahan oleh asam.
Sifat-sifat tersebut menjadikan zeolit banyak digunakan dalam proses-proses dasar seperti dalam proses adsorpsi, pertukaran kation, katalis yang selektif dengan memanfaatkan pusat asam dan sebagai ayakan molekul
Penggunaan zeolit telah diterapkan secara luas pada berbagai bidang, seperti;
1.      Bahan bangunan fisik
Zeolit yang dibentuk sebagai balok/blok dengan ukuran tertentu (tanpa diawali dengan pengolahan yang lebih lanjut) dapat digunakan sebagai dinding rumah. Pekerjaan tambahan dalam bentuk pemolesan akan memperjelas struktur dan tekstur sedimen sehingga lebih menarik.
2.      Bidang pertanian
Pemanfaatan tepung zeolit (sebelum aktivasi) dari jenis klinoptiolit pada tanah pertanian dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini dikarenakan kemampuan zeolit terhadap kapasitas (retensi) amonium dan kalium.  Biasanya pemberian zeolit di daerah tanah kapur dantanah poldosik kuning. Zeolit disisni berpengaruh nyata pada peningkatan kalsium (Ca), kalium (K), pH tanah, dan pengurangan aluminium (Al).
3.      Bidang perikanan
Zeolit dalam bentuk serbuk (sebelum aktivasi) dipakai sebagai penyerap/pengontrol amonium yang biasa dikeluarkan oleh ikan atau akibat pembusukan sisa makanan. Apabila tidak dikontrol, amonium akan meracuni ikan, tetapi dengan penambahan zeolit pada luasan ruang yang sama jumlah ikan yang dapat dipelihara lebih banyak.
4.      Bidang peternakan
Pada bidang ini, zeolit dapat dimanfaatkan sebagai bahan penambah makanan ternak seperti unggas, domba, sapi, dan binatng pemamah biak lainnya. Zeolit akan mempercepat kenaikan berat badan ternak.
5.      Bidang lingkungan
Dalam bidang lingkungan, zeolit dimanfaatkan untuk, bahan penghilang bau, sebagai penangkap ion Ca (dalam air), penyerap gas N2 dan CO2, dan setelah diaktifkan dengan pemanasan dapat dimanfaatkan sebai pengolahan limbah radioaktif (Sr) yakni digunakan sebagai bahan penukar untuk menangkap atau mengisolasi logam besi dan mangan dalam air yang sangat merugikan. Sementara itu, setelah di aktipasi dengan NaOH zeolit dapat dimanfaatkan untuk menyerap NH4, NO4, dan COD. Dengan demikian sangat bagus untuk pengolahan air buangan. Jika diaktifkan dengan NaOH dan H2SO4 dapat digunakan untuk proses pengolahan air sungai guna mendapatkan air bersih.
6.      Bidang industri
Sebelum diaktipasi dengan NaOH, zeolit dapat digunakan sebagai bahan penjernih minyak kelapa sawit.penambahan berat 3% menunjukkan kejernihan dengan transmitan sebesar 51% . Zeolit sebelum diaktipasi dengan NaOH/H2SO4 dapat dipakai sebagai penyerap zat warna yang terdapat dalam minyak hati ikan hiu. Zeolit juga dipakai dalam proses penyerapan dan pemisahan air.
Pada tabel berikut disajikan penggunaan zeolit secara umum pada berbagai bidang.
Bidang/Sektor
Aplikasi
Pertanian
Penetral keasaman tanah, meningkatkan aerasi tanah, sumber mineral pendukung pada pupuk dan tanah, serta sebagai pengontrol yang efektif dalam pembebasan ion amonium, nitrogen, dan kalium pupuk.
Peternakan
Meningkatkan nilai efisiensi nitrogen, dapat mereduksi penyakit lembuhg pada hewan ruminensia, pengontrol kelembaban kotoran hewan dan kandungan amonia kotoran hewan.
Perikanan
Membersihkan air kolam ikan yang mempunyai sistem resikurlasi air, dapat mengurangi kadar nirogen pada kolam ikan.
Energi
Sebagai katalis pada proses pemecahan hidrokarbon minyak bumi, sebagai panel-panel pada pengembangan energi matahari, dan penyerap gas freon.
Industri
Pengisi (filler) pada industri kertas, semen, beton, kayu lapis, besi baja, dan besi tuang, adsorben dalam industri tekstil dan minyak sawit, bahan baku pembuatan keramik.

II.5      Proses Regenarisasi
Seperti diterangkan sebelumnya bahwa zeolit merupakan bahan anorganik berupa kristal dengan struktur kerangka tiga dimensi yang tersusun dari unit–unit tetrahedral silika dan alumina. zeolit terdiri dari 3 komponen yaitu : kation yang dapat dipertukarkan; kerangka aluminosilikat; dan fase air. Ikatan ion A1-O-Si-O membentuk struktur kristal aluminosilikat, sedangkan logam alkali merupakan sumber kation yang mudah dipertukarkan, dan fase air merupakan air hidrat yang mengisi rongga kristal.
 Unit tetrahedral silika dan alumina terbentuk dari 4 atom oksigen yang mengelilingi satu atom Si atau A1. Tiap atom oksigen bermuatan negatif 2 dan tiap atom silikon bermuatan positif 4. Adanya atom A1 yang bervalensi 3 menyebabkan tetrahedron alumina menjadi bermuatan negatif, sehingga  memerlukan kation untuk memenuhi sistem kenetralan. Oleh karena itu dalam struktur kerangkanya, zeolit memiliki Na+, K+, atau Ca2+ ( Davis, 1991: 1675- 1683). Kation–kation ini bersifat dapat dipertukarkan (Schweitzer, 1979). Dalam struktur kristalnya Si yang bervalensi 4 dapat digantikan dengan A1 yang bervalensi 3 sampai 50 %, sehingga dengan mengatur bahan dasar maka rasio Si/ A1 dapat dibuat bervariasi ( Schweitzer, 1979).
Zeolit mempunyai struktur berongga dan biasanya rongga ini diisi oleh air dan kation yang bisa dipertukarkan dan memiliki  ukuran pori yang tertentu. Oleh sebab itu zeolit dapat dimanfaatkan sebagai : penyaring molekuler, penukar ion, penyerap bahan ( adsorben), dan katalisator (Sutarti dan Rahmawati, 1994: 3).
Karena Zeolit memiliki rongga-rongga yang berisi air hidrat. Air ini dapat diusir dengan melakukan pemanasan. Untuk aplikasi sederhana, sebenarnya bisa memakai pompa vakum manual dan digabung dengan kolektor sinar matahari untuk keperluan regenerasi zeolit yang dimasukkan kedalam kontainer logam. Posisi air hidrat dapat digantikan oleh molekul-molekul gas atau cairan pada saat proses adsorpsi. Air yang menempati rongga ini dapat mencapai 28,3% berat zeolit anhidrat (Schweitzer, 1979).

II.6   Mekanisme Reaksi  Pengolahan Zeolit
Pengolahan zeolit sangat bergantung dari tujuan pemanfaatannya. Pengolahan zeolit bertujuan guna meningkatkan nilai tambah. Pada prinsipnya pengolahannya dilakukan dalam 2 tahap, yaitu
1.      Tahap preparasi
Tahapan preparasi zeolit diperlakukan sedemikian rupa agar mendapatkan zeolit yang siap olah. Tahap ini berupa pengecilan ukuran dan pengayakan. Tahapan ini dapat menggunakan mesin secara keseluruhan atau dengan cara sedikit konvensional.
2.      Tahap aktifasi
Proses ini dilakukan dengan pemanasan dan atau dengan pereaksi zat yang sebagai pereaksi digunakan NaOH dan H2SO4. Bagan alir pengolahan zeolit secara skematis ditunjukkan gambar berikut. Aktivasi zeolit dapat dilakukan dengan cara pemanasan atau penambahan pereaksi kimia baik
asam maupun basa:
(1) Aktivasi pemanasan, dilakukan zeolit dalam pengering putar menggunakan bahan umpan yang mempunyai kadar air sekitar 40%, dengan suhu tetap 230 C dan waktu pemanasan selama tiga jam.
(2) Penambahan pereaksi kimia, dilakukan di dalam bak pengaktifan dengan NaOH dan H2SO4, dimaksudkan untuk memperoleh temperatur yang dibutuhkan dalam aktivasi. Zeolit yang telah diaktivasi perlu dikeringkan terlebih dahulu, pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara menjemurnya di bawah sinar matahari.



                                                            Bagan alir pengolahan mineral zeolit
 

BAB III
PENUTUP
 III.1 Kesimpulan
Dari hasil pemaparan pada Bab II kesimpulan yang dapat ditarik antara lain; bahwa zeolit termasuk dalam kristal aluma silika yang mempunyai rumus struktur Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].mH2O. zeolit merupakan suatu mineral berongga hingga mencapai skala nano sehingga biasa digunakan sebagai absorben. Zeolit memiliki sifat-sifat unik yaitu meliputi dehidrasi, adsorben dan penyaring molekul, katalisator dan penukar ion. Karenanya zeolit dapat dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, penukar ion, penyerap bahan dan katalisator. Sintesis zeolit bisa dilakukan secara hirotermal, konversi dari Mineral kapur, dan sintesis dari bahan dasar yang ada di alam.
Karakterisasi zeolit meliputi difraksi sinar-X dan spektroskopi infra merah. Penggunaan zeolit yang telah meluas antara lain di bidang pertanian, peternakan, perikanan, energy, dan  industry. Zeolit bisa diregenerasi dengan pemanasan, ini dikarenakan strukturnya yang berongga hingga pada keadaan jenuhnya (terbentuk hidrat) dengan proses pemasan zeolit akan menyusut dan siap digunakan kembali. Proses pengolahan zeolit terbagi atas dua tahap yaitu, tahap preparasi dan jika diperlukan dilakukan tahapan aktivasi.

III.2 Saran-saran
Diharapakn penulisan makalah ini berguna bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

__________. Tanpa tahun. Encyclopedia of Polymer Science and Technology. Copyright John Wiley & Sons, Inc
R.M. Barrer. 1982. Hydrothermal Chemistry of Zeolites. London:  Academic Press


(yang lain belum sempat diketik)



Farixsantips